Penataan Tata Ruang Pengguna Sepeda dan Transjogja
Yogyakarta memiliki berbagai permasalahan tata ruang wilayah dikarenakan tumbuh pesatnya sektor pendidikan dan pariwisata yang pengelolaan dan penataannya masih tertatih-tatih belum ada sebuah blueprint yang sesuai dan dapat di implementasikan kedalam sebuah tata kota yang komprehensif. Permasalahan penataan ruang kota di Indonesia sudah sangat jamak dan penanganannya sangat lamban dan penuh dengan kepentingan di sana – sini.
Saya hanya menyoroti penggunaan tata ruang untuk penyediaan moda sepeda dan Transjogja sepertinya hanya setengah-setengah dalam memberikan ruang, jika disediakan secara sungguh-sungguh paling tidak mencontoh pemakaian dan penggunaan di negara maju tentu ruang untuk sepeda dan moda umum akan diberikan keistimewaan sehingga kemacetan dan kesemrawutan agar sedikit terurai, namun lagi-lagi kepentingan politis dan kepentingan dari kegiatan tata ruang lebih menonjol dan lebih diatas angin.
Aturan dan hukum yang semakin lama semakin kabur dan semakin tidak jelas memberikan gambaran betapa lemahnya penataan ruang untuk moda transportasi publik. Saya berandai-andai jika Yogyakarta benar-benar akan memberikan lebih besar ruang kepada moda angkitan publik tentu sejalan dengan kebijakan itu, maka jalan-jalan utama di wilayah jogjakarta harus dikorbankan untuk moda transportasi publik. Space untuk moda seperti Transjogja harus diberi ruang lebih besar.
Contoh saja satu jalan emmiliki 4 lajur jalan, maka secara umum digunakan untuk moda transportasi adalah 2 lajur untuk tarnsportasi tarnsjogja atau transportasi publik, 1 lajur lagi untuk pedestrian dan pengguna sepeda. 1 lajur lagi untuk mobil pribadi dan kendaraan motor dengan mengambil satu arah, sehingga kendaraan pribadi harus dipersulit, sehingga pengguna kendaraan pribadi akan lebih memilih moda transportasi publik. Parkir untuk kawasan di dalam ringroad sekali parkir 50 ribu, maka orang akan berpikir balik lebih baik menggunakan sepeda atau bis daripada keluar 50 ribu hanya untuk parkir. Kantong Parkirpun disediakan tidak sembarang main parkir di jalan seperti yang sekarang ini.
Angan-angan diatas sepertinya langsung buyar begitu, saya bangun untuk melanjutkan kegiatan, ah alangkah kerenya kalau angan-angan saya ini bisa diterapkan di Yogyakarta. Sayapun dengan senang hati akan naik bis umum atau sepeda jika sudah memiliki jalur seperti diatas. Apalagi papan reklame yang sangat nggak cantik itu diganti dengan papan digital yang seragam akan cantik deh suasana kotaku.
Mahasiswa tidak akan susah untuk ke kampus dengan arus bis yang secara tepat waktu dapat tidak di selter-selter yang dituju, dan pasti startup-straup akan dibangun secara sendirinya, bahkan google maps dengan sennag hati akan ikut berkiprah untuk membuatkan jalur aplikasinya di google maps, rute sepeda dan rute bis, bahkan dengan senang hati.
Ya tentu saja angan-angan saya ini hanya sekedar angan-angan kosong yang tidak ada ujungnya, bagaimana bisa dilaksanakan kepentingan dan kekuatan di penguasa sangat dominan bahkan menggurita dalam hal menggenggam suatu kebijakan pada kasus diatas. Ah jika ini benar-benar jadi mimpi yang nyata alangkah kerennya kotaku Yogyakarta, budaya, pariwisata, pendidikan dan lain-lain akan berkembang dengan mengalur secara berbudaya dan bermartabat. Pariwisata akan berkembang pesat begitu menjamurnya kedai kopi di sepanjang jalan yang sudah di terapkan jalur seperti diatas, ya orang akan lebih senang jalan kaki, naik sepeda atau bis umum.
Kemacetanpun akan sedikit demi sedikit akan berkurang dan tujuan ke tempat pariwisata tidak terganggu, sehingga pendapatan dari arus wisatawan akan berlipat-lipat valuenya. Dan jalur-jalur strategis bisa di perpanjang, Transjogja tidak saja melayani wilayah Jogjakarta saja jika sistem di atas diterapkan, bisa saja Jogjakarta – Klaiurang, Jogja – parangtritis, Jogja – Wonosari. Tentu makin mengurangi efek penggunaan sepeda, ya lagi-lagi jalan raya ahrus di kelola sedemikian jika akan menjadi suatu kota yang bermartabat, berbudaya dan kepentingan individu tidak menonjol.
Sumber artikel by kangpoer photo by Media Tata ruang