Telisik

Pengelolaan Taman Nasional Gunung Merapi dari Aspek Pemberdayaan Masyarakat Setempat

Taman Nasional Merapi berdasarkan surat keputusan Menteri Kehutanan No. 134/Menhut-II/2004 tentang perubahan Fungsi Kawasan Hutan Lindung, Cagar Alam dan Taman Wisata Alam pada Kelompok Hutan Gunung Merapi seluas ± 6.410 ha, yang terletak di Kabupaten Magelang, Boyolali dan Klaten Provinsi Jawa Tengah;serta Kabupaten Sleman, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.

Dalam hal pengawasan sebagai Taman Nasional Gunung Merapi yang dilindungi oleh negara tentu memiliki instrumen yang diperlukan dalam hal pengamanan, pelestarian, pemeliharaan vegetasi, fauna dan flora serta seluruh kekayaan alam yang didalamnya. Diperlukan sarana untuk pembibitan, polisi hutan,peran serta dari warga sekitar Taman Nasional Gunung Merapi.

Masyarakat lereng Gunung Merapi dalam hal ini sebagai mitra dari Taman Nasional Gunung Merapi memiliki kontribusi yang cukup besar dalam hal pengelolaan sumber daya alam, pemeliharaan dan pengabdian lingkungan. Saat meletusnya Gunung Merapi kita mengenal sekali sosok mbak maridjan sebagai juru kunci Gunung Merapi yang merupakan sebagai Pengabdi, pemelihara dan pemetri lingkungan Gunung Merapi yang sangat luar biasa nilai pengabdiannya.

Masyarakat disamping menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari sebagai pengguna, pemelihara dan satu lagi sebagai pencipta wahana wisata yang saat ini begitu familiar terhadap jeep lava tour, Downhill, dan wisata jelajah alam, banyak dari masyarakat menjadi pemandu wisata yang tentu saja sangat familiar dengan seluk beluk alam Gunung Merapi, sehingga akan memberikan nilai yang jauh lebih lengkap tentang Taman nasional Gunung Merapi.

Pemberdayaan masyarakat lain dalam hal pakan sapi juga tidak luput atas kontribusi adanya Taman nasional Gunung Merapi ini, banyak tumpuan dari masyarakat lereng Merapi yang bergantung dari rumput yang tumbuh dari sana untuk pakan ternak, yang kadang masyarakat memetik rumput juga membuat sistem tumpang sari untuk memberikan banyak hasil dari bumi Taman nasional ini.

Kendala utama dalam pengelolaan Taman Nasional Gunung Merapi adalah masalah kerawanan bencana kebakaran yang ditimbulkan oleh Gunung Merapi itu sendiri dengan banyaknya aktifitas Merapi mengeluarkan awan panas yang berakibat kebakaran hutan di sekuataran yang dilalui oleh awan panas. Proses alam karena kekeringan yang sangat luar biasa akan memudahkan kebakaran yang ditimbulkan gesekan ranting, dengan daun kering.

Masyarakat dalam hal ini memiliki tugas bersama-sama dengan polisi hutan untuk meminimalkan akibat kebakaran hutan, dengan sering melakukan sidak di area-area yang di indikan sering terjadi kebakaran hutan. Dengan masyarakat berperan aktif paling tidak kerusakan hutan akibat kebakaran bisa di minimalisir.

Pemeliharaan sumber mata air di taman nasional Gunung Merapi juga tidak lepas dari campur tangan langsung dari masyarakat setempat agar kelangsungan sumber mata air tetap terjaga, dengan dipeliharanya hutan dan bebatuan dan pasir akan tetap menjaga sumber mata air ini. Dengan naluri untuk menjaga mata air sekitar biasanya masyarakat membuat ritual di sumber mata air, agar mata air itu tetap langgeng. Namun inti dari keilmuan untuk menjaga mata air bersumber dari pemeliharaan, pengelolaan dan pemetri sumber daya alam disekitar, jangan sampai sumber daya alam diganggu atau malah di rusak.

Inilah bentuk kepedulian Balai TNGM yang berangkat dari kesamaan harapan dan cara pandang antara Pengelola Kawasan Taman Nasional dan para pihak (stakeholder), terutama masyarakat umum lokal terhadap pentingnya melestarikan Gunung Merapi guna menjamin kelestarian manfaat bagi masyarakat sekitar kawasan konservasi.

Pengelolaan Kawasan Taman Nasional Gunung Merapi tidak akan optimal jika tidak melibatkan para pihak, baik dari unsur masyarakat, Pemerintah (Pusat dan Daerah),  lembaga, individu, dan lain-lain. Pelibatan para pihak akan semakin memberi dampak positif terhadap pengelolaan jika para pihak tersebut semakin berdaya dan terpadu. Kemudian, melalui kolaborasi antar pihak yang baik dan terus menerus maka hal tersebut akan lebih menjamin peningkatan keberdayaan para pihak dalam berpartisipasi pengelolaan kawasan TNGM.

Adapun sasaran yang ingin dicapai dari kegiatan MDK ini melalui 3 aspek yaitu: (1) aspek ekologi, terjaganya kelestarian kawasan konservasi, sehingga peran, fungsi dan kontribusi kawasan konservasi terhadap masyarakat di sekitar kawasan konservasi dapat optimal; (2) aspek ekonomi, meningkatnya kesejahteraan masyarakat, sehingga kesadaran, kemauan dan kepedulian dalam upaya-upaya konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya meningkat; (3) aspek sosial, terwujudnya keserasian dan keharmonisan antara kelestarian kawasan konservasi dengan kehidupan masyarakat. Semoga bermanfaat (artikel by kangpor dan daftar pustaka photo by Jogja Happy Bikers and Kangpoer)

Daftar Pustaka :

  1. Pemberdayaan Masyarakat Desa Di Sekitar Taman Nasional Gunung Merapi Melalui Model Desa Konservasi (Model Desa Konservasi  (Model Of Conservation Village) As Community Empowerment Around Gunung Merapi National Park), tesis ini disusun oleh : Lukman Hery Prasetyo. Dengan Pembimbing Utama : Dr. Ir.Dwita Hadi Rahmi, M.A. Pembimbing Pendamping : Ir. Suryanto, MSP.
  2. Sarasehan Pemberdayaan Masyarakat Melalui Kolaborasi, Konservasi dan Seni, Dukun – Magelang, 4 Oktober 2018. ksdae.menlhk.go.id
  3. Perencanaan Pengelolaan Kawasan Konservasi Berbasis Pemberdayaan Masyarakat Melalui Model Desa Konservasi. Susanto, Andrian, Universitas Brawijaya (2016).