Perencanaan Tata Ruang Kawasan NYIA – Borobudur – Dieng
Saya tergelitik melihat berbagai armada angkutan publik yang di miliki oleh sebagian besar negera-negara Eropa dan negara lain yang lebih maju dan tertata dalam konsep ruang kota dan kawasan sekitarnya atau aglomerasinya. Dalam waktu tidak lama lagi Yogyakarta memiliki bandara yang sangat megah, sangat besar yang digadang-gadang menjadi terbesar se Jawa bagian tengah, bahkan mungkin masuk deretan bandara yang cukup sibuk se Indonesia.
Namun artikel ini tidak akan membahas panjang lebar tentang kehebatan dan segalan venue yang akan di tampilkan di bandara NYIA, namun akan lebih domain ke tata ruang 3 wilayah yang menghubungkan 3 wilayah yaitu : Bandara Baru Yogyakarta atau New Yogyakarta International Airport (NYIA) dengan wilayah pendukung wisata unggulan antara lain : Borobudur yang masuk wilayah kabupaten Magelang dan Dieng yang masuk Kabupaten Wonosobo.
Terbersit di benak saya seandainya dari NYIA terus ke Borobudur – Dieng di buat moda transportasi Kereta (baik kereta listrik (komuter) atau kereta mesin diesel. Atau dari kota Wonosobo ada kereta gantung seperti yang ada di Swiss atau di Norwegia atau wilayah-wilayah kota wisata di Negeri Eropa. Sepertinya ide yang saya telorkan ini akan berdampak cukup signifikan karena melihat fenomena moda transportasi darat berupa angkutan kendaraan darat berupa mobil, bis mengalami kejenuhan yang cukup parah. Terbukti banyaknya kemacetan di sana sini dan bagaimana kondisi pelayanan publik bis mengalami penurunan yang cukup besar masyarakat terhadap kecenderungan moda yang dipakai. Saya mengamati moda kereta justru semakin digandrungi oleh para komuter dari Purworejo dan sebaliknya serta Jogja-Solo da sebaliknya semakin hari moda ini semakin penuh dan menjadi armada yang unggul di mata penglaju.
Tentu saja tidak mudah untuk menghidupkan rel kereta yang sudah puluhan tahun mati dari Jogja- Magelang tapi perlu perencanaan yang matang dan saya apresiasi jika ini bisa berfungsi maka Kawaan wisata Borobudur akan terbuka sangat cepat dengan arus yang mudah di akses baik wisatawan domestik maupun wistaawan mancanegara.
Lagi infrastruktur Magelang – Wonosobo belum tersentuh untuk moda tranportasi kereta api, padahal dengan panorama yang snagat eksotik ini akan memberikan pemandangan yang sangat-sangat luar biasa, saya mengasumsi seperti perjalanan di pegunungan di Swiss atau pegunungan di Norwegia. Tentu dengan dibukanya jalur Magelang – Wonosobo sentra wisata akan terbuka lebar dan sangat mudah untuk di kunjungi. Saya berharap di kawasan Kledung ada stasiun kecil untuk peberhentian agar wisatawan bisa menikmati lebih lama keindahan alam gunung Sumbing dan Sindoro.
Pergerakan pokdarwis atau Kelompok Sadar Wisata di sepanjang rute ini bisa di galakan sehingga sentra produksi sekitar bisa meningkat, tentu saja dinas pariwisata turun tangan apa aja yang bisa menjual dair masing-masing pokdarwis. Pokdarwis yang sudah siap dengan konsep tata kelola wilayah wisata bisa mnegajukan studi banding dengan wilayah lain untuk mengambil konsep-konsep yang dapat diterapkan di wilayah wisatanya. Penanaman kembali perbukitan atau lereng gunung akan menambah keindahan pemandangan dalam perjalanan kereta api di sepanjang Magelang – Wonosobo.
Wonosobo memiliki topografi yang sangat sejuk sehingga sangat nyaman unutk tujuan wisata paling akhir dri perjalanan Jogja-Magelang-Wonosobo. Wonosobo memiliki banyak destinasi wisata salah satu unggulannya adalah dataran tinggi Dieng. Saya juga mengimpikan bahwa dari Kota Wonosobo penikmat pemandangan dapat melihat sensasi perjalanan dengan menaiki kereta gantung yang dioperasikan Wonsobo – Dieng atau kalau perlu ada kereta api kusus untuk menaiki tanjakan yang sangat elok ini. Kita ambil contoh wisata kawasan wisata di Zermaat ke Davos yang membelah pegunungan Alpen yang sudah tersohor ini, bagaimana kereta api menjadi moda transportasi yang paling keren dapat melihat sepanjang perjalanan yang sangat apik ini.
Kawasan-kawasan yang dilalui kereta ini secara cepat akan mengalami perubahan tata ruang yang bertumpu pada pertumbuhan wisata sehingga secara detail tata ruang harus mengalur pada konsep atau pendekatan dengan tata ruang pengelolaan wisata. Tata ruang bisa di desain mulai sekarang mulai jalur kereta apinya, stasiun singgah, hotel-hotel yang akan berkembang, toko souvenir yang nanti dikelola bersama dinas pariwisata dan pokdarwis agar kesan toko souvenir makin kentara.
Perubahan kawasan baik itu pertanian, perumahan, dan kawasan lindung menjadi suatu tantangan tersendiri bagi pihak yang berkompeten di bidangnya. Untuk maju wisata maka harus berani mengambil resiko dan berani mensikapi tata ruang kawasan wisata. Sejatinya jika kawasan yang saya tawarkan ini juga di buat di wilayah lain yang serupa akan lebih nyaman untuk para wisatawan. Makin macetnya perjalanan menuju tempat wisata menjadi omok bagi wisatawan mancanegara yang akhahirnya males kembali ke wisata tujuan semula.
Pihak pemerintah provinsi Jawa Tengah – Jogjakarta harus berfikir arif dan cepat agar tujuan wisata ini bisa tercapai dengan merubah domain lama, kita rubah kawasana wisata dengan alur yang sangat panjang namun sangat nikmat dengan kereta api/kereta listrik atau kereta gantung. (Hak cipta artikel : kangpoer Hak cipta gambar : Pemandangan Cantik Di Kaki Sindoro
Bersambung ………