TelisikUGM NOW

Smart City Waste Management in Yogyakarta

Yogyakarta mengantisipasi sampah yang dihasilkan oleh masyarakat di kabupaten Sleman, Kulon Progo, Bantul, Gunungkidul dan Kota Jogjakarta dengan mengedepankan pembelajaran secara berkesinambungan dan mengadobsi teknologi tepat guna dan efisien yang dipandang cukup layak Pemerintah yogyakarta mencannagkan dnegan sistem yang mendukung smartcity.

Universitas Gadjah Mada dalam hal ikut serta dan bertanggungjawab dalam pengelolaan sampah, sudah mulai dilakukan dengan tidak menyediakan minum kemasan plastik dalam kegiatan apapun. Hal ini tentu akan mengurangi dampak penggunaan plastik secara berkesinambungan agar pengelolaan sampah semakin efektif adalah tanpa ada limbah yang sangat berbahaya yang tidak akan rusak oleh alam selama ribuan tahun.

Pengelolaan sampah adalah suatu bidang yang berhubungan dengan pengaturan terhadap penimbunan, penyimpanan (sementara), pengumpulan, pemindahan dan pengangkutan, pemrosesan dan pembuangan sampah dengan suatu cara yang sesuai dengan prinsip-prinsip faktor kesehatan masyarakat, ekonomi, teknik (engineering), perlindungan alam (conservation), keindahan dan pertimbangan lingkungan lainnya termasuk sikap masyarakat. (Kompasisana.com)

Pemda DIY, meski sudah memiliki Perda No. 3 Tahun 2013 tentang Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Rumah Tangga, namun masih dihadapkan pada situasi yang kompleks terkait masalah pengelolaan sampah di wilayahnya. Badan Lingkungan Hidup (BLH) Kota Yogyakarta Tahun 2013 menyebutkan bahwa sampah yang terangkut ke tempat pembuangan akhir (TPA) sampah paling banyak adalah dari Kota Yogyakarta (34,89%), kemudian Sleman (13,17%), Kulon Progo (7,20%), Gunung Kidul (5,37%), dan terakhir Bantul (1,91%).  (Kompasisana.com)

Belajar dari pengelolaan sampah dari negara lain yang memiliki riwayat pengelolaan sampah yang hampir sama dialami pengelolaan sampah pemerintah Yogyakarta tentu akan mempermudah, mempersingkat dan managemen dari sampah ini dapat segera di realisasikan.

Swedia dikenal dengan perkembangan lingkungannya yang progresif. Negara Skandinavia ini berhasil membangun sistem mengubah sampah menjadi energi yang secara efisien mampu menghasilkan energi panas untuk 950 ribu rumah tangga dan menyediakan listrik bagi 260 ribu rumah. Swedia mendaur ulang dan memilah-milah sampahnya secara efektif. Hanya sekitar kurang dari 1% sampah saja yang dikirim ke tempat pembuangan akhir.(pikiran-rakyat.com)

Contoh pengelolaan sampah yang dilakukan oleh pemerintah luar negeri : Beberapa langkah kongkrit yang dilakukan pemerintah antara lain :

1. Uganda, membangun taman hiburan dari sampah

Seorang seniman dan ahli lingkungan, Ruganzu Bruno, membawa seni ekologis ke daerah kumuh Kampala, Uganda. Bruno tergabung dalam Eco Art Uganda, yang merupakan kumpulan seniman yang berdedikasi untuk mempromosikan kesadaran lingkungan

2. India, sampah plasti untuk mengaspal jalan

Profesor Kimia Rajagopalan Vasudevan merancang sebuah cara untuk mengubah sampah plastik menjadi pengganti aspal. Aspal, seperti yang kita ketahui merupakan bahan utama untuk konstruksi jalan.

3. Hong Kong, membangun eco-park di atas tempat pembuangan sampah akhir

Tempat Pembuangan Akhir Sai Tso Wan dulunya menampung hingga 1.6 juta ton sampah. Sampah ini menumpuk hingga setinggi 65 meter atau sekitar 213 kaki.

4. Negara-negara maju dalam pengelolaan dan managemen sampah memiliki keunggulan dibanding dari negera-negara berkembang dari sistem yang digunakan sampai hasil akhir pengelolaan sampah :

  1. Jepang : negara ini memiliki sistem penyortiran sampah yang cukup rumit namun sangat membantu pengelolaan sampah di pusat. Tidak seperti negara kita yang menyatukan semua sampah, di Jepang kamu bahkan diharuskan untuk membuka plastik merek botol dan tutup botol sebelum membuang botol kosongan ke dalam tempat sampah. Plastik merek botol dan tutup botol juga dibuang di tempat terpisah. Tidak hanya itu, saat kamu datang ke restoran fast food, kamu juga diharuskan untuk membersihkan makananmu sendiri dengan membagi-bagi kertas, tempat minum, tutup tempat minum dan sedotan di tempat-tempat terpisah.
  2. Jerman : mengelola lebih dari 65% limbah mereka dengan sempurna. Negara yang juga dikenal karena kehebatan bermain sepak bolanya ini pun memiliki pengaturan sampah yang hampir sama ribet-nya dengan Jepang. Meski tidak seheboh Jepang yang bahkan memiliki buku tebal untuk aturan pembuangan sampah, Jerman setidaknya memiliki 10 jenis tempat sampah yang tersebar di seluruh penjuru negara
  3. Swedia : negara satu ini sampai dinyatakan kekurangan sampah. Jumlah sampah yang tak bisa didaur ulang di Eropa, rata-rata adalah 38% namun Swedia berhasil membuat angka tersebut menjadi hanya 1% saja. Karena begitu hebat dalam mengelola sampah, negara Skandinavia ini sampai menerima impor sampah untuk dikelola mereka. Luar biasa, ya! Bagi Swedia, impor sampah ini berguna untuk negaranya dan juga negara lain, mereka bisa semakin mengembangkan sistem pengelolaan sampah mereka dan negara lain bisa mengurangi jumlah sampah mereka.
  4. Belanda : kenangan buruk Belanda akan sampah sepertinya membuat negara ini bangkit dan memerangi sampah-sampah tersebut. Pasalnya, di abad 17 hingga 19, Belanda dikenal karena tingginya jumlah sampah yang tak dikelola, sampai-sampai banyak penduduknya yang terserang penyakit. Saat ini, Belanda sudah menerapkan sistem pembakaran sampah yang cukup modern sehingga pembakaran tersebut bisa dimanfaatkan untuk membangkitkan listrik. (sumber : id-blog.zenrooms.com)

berkaca dari proses pengelolaan sampah di negara lain dan makin terbatasnya tempat pembuangan sampah di TPS Piyungan tentunya pemerintah Yogyakarta dengan secepatnya mengadobsi dari berbagai kegiatan pengelolaan sampah di negara yang sudah saya sebutkan diatas.

Dari parameter yang terhimpun dari berbagai pengelolaan sampah di negera lain dan dari kita sendiri ada beberapa yang perlu kita simpulkan :

  1. Penerapan swa-kelola sampah dari rumah tangga
  2. Penerapan bank sampah di Yogyakarta yang saat ini sudah berjalan dengan sistem menabung sampah yang dikelola dengan sangat baik, adanya kelompok-kelompok kreatif dan kreasi dari hasil limbah sampah menjadi kerajinan yang baik.
  3. Pengelompokan jenis sampah dimulai dari kegiatan rumah tangga sampai jenjang dusun atau rukun tetangga.
  4. Kerjasama antara universitas dan kelompok-kelompok pengolah sampah. Contoh : Kelompok pengolah sampah Kalijawi. Pemanfaatan aplikasi, peraturan, dan kemitraan dan pembinaan.
  5. Penggunaan aplikasi managemen sampah di kelompok-kelompok yang sudah sebagian diterapkan.
  6. Penggunaan sistem pengolah sampah yang baik di Tempat pembuangan sementara maupun di tempat pembuangan sampah akhir, yang dapat dibuat energi alternatif lain seperti energi listrik, bangunan dan lain-lain.
  7. Pemerintah merencanakan, membangunan, mengembangan, membina dan mensosialisasikan managemen sampah dari tingkat rumah tangga sampai pemerintah dengan membanguna jaringan aplikasi pintar yang dpaat berguna oleh seluruh masyarakat.
  8. Adanya reward pengabdi lingkungan sampah berdampak pada kesadaran dan kemandirian manusia tentang sampah.
  9. Peraturan, sangsi tentang sampah oleh pemerintah setempat.

Sampah disamping menjadi momok bagi negera berkembangan namun juga jadi sumber energi bagi negara maju. Semoga bermanfaat (artikel by kangpoer dan sumber lain photo by gudeg.net)

Sumber bacaan :

  1. Menengok Pengolahan Sampah Dunia, dari Israel hingga Jepang. CNN Indonesia, November 2015.
  2. 5 Negara Pengelola Sampah Terbaik di Dunia. id-blog.zenrooms, April 2017.
  3. Lima Negara Ini Atasi Sampah dengan Cara Kreatif, Indonesia Salah Satunya. Pikiran-rakyat, Februari 2018.
  4. Darurat Penanganan Sampah di Daerah Istimewa Yogyakarta. Kompasiana, Juni 2019.
  5. DLH Yogyakarta minta warga gencarkan pengelolaan sampah rumah tangga. Antaranews, Maret 2019.
  6. Pemerintah Yogyakarta Akan Ubah Sampah di TPST Piyungan Jadi Briket. Kumparan, Februari 2019.
  7. Masalah Sampah Yogyakarta Sudah Sangat Serius. Jogja.suara, Maret 2019.